Prodi

JILBOOBS DAN INTIMIDASI SOSIAL

JILBOOBS  DAN INTIMIDASI SOSIAL
OLEH: EKAWATI RAHAYU NINGSIH, SH, MM

    Menjadi kebanggaan bisa masuk STAIN Kudus dan menjadi mahasiswa baru tahun akademik 2014/ 2015. Luapan kegembiraan dan eufhoria menjadi pemandangan umum yang luar biasa bagi siswa yang diterima, apalagi jika masuk sesuai dengan program studi yang di idam-idamkan. Ketika mereka ditanya, mengapa masuk STAIN Kudus? Beberapa alasan yang terucap adalah karena jika lulus ingin menjadi guru agama, pegawai bank, bussinessman, pendakwah, ahli tafsir, guru MI/RA dll. Ada yang menjawab karena tidak mau pisah jauh dari orang tua dan dekat rumah sehingga irit di ongkos, ada juga yang menjawab karena STAIN Kudus SPP-nya murah tetapi tidak murahan, dan berbagai jawaban klasik lainnya.
    Tetapi jika diperhatikan, ada alasan terdahsyat yang bisa jadi tidak terucap tetapi sudah ditunjukkan dalam sikap dan perbuatan, yaitu “Bebas”. Kata bebas berarti suatu kondisi tanpa tekanan atau keluar dari situasi lama menuju situasi baru yang lebih fleksibel. Siswa yang dulunya di atur dengan peraturan sekolah mulai dari PAUD hingga kelas XII dengan berbagai peraturan yang mengikat (misal: baju harus seragam, jadwal masuk/pulang sekolah sangat monoton dll), ketika lulus telah dinyatakan bebas dari aturan-aturan tersebut. Kelulusan sekolah menjadi moment terindah, dan untuk merayakan kebebasan tersebut, mereka rela mencorat-coret baju, pawai dan arak-arakan hingga memenuhi jalan raya.
    “Bebas berekspresi” menjadi kata kunci bagi alasan penting kegembiraan menjadi mahasiswa baru. Kebebasan berekspresi mahasiswa/wi seringkali ditunjukkan dengan cara berpakaian mereka yang modis, sexy dan mempertontonkan aurat. Sebagaimana fakta tentang jilboos trendy yang saat ini lagi diminati dan ramai di bicarakan di media sosial oleh para hijabers. Jilboobs singkatan dari jil yang berarti jilbab dan boobs yang berarti dada. Kalau digabungkan jilboobs artinya kain penutup kepala saja dan masih mempertontonkan kemolekan dada wanita, walaupun kadang sudah ditutup dengan baju atasan.
Yang lebih mengenaskan lagi adalah, hijabers ini sudah membentuk komunitas dan jaringan yang tersebar di berbagai level (anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua) dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi mereka dengan slogan “gaul dan trendy”. Mereka menganggap bahwa hanya yang mengenakan jilboobs sajalah yang bisa diterima di masyarakat sebagai bentuk adaptasi sosial dan adaptasi jaman.  Jika hal ini dibiarkan, maka akan menjadi ancaman bahkan intimidasi sosial bagi wanita secara umum, apalagi jika  pengetahuan menutup auratnya sangat minim. Wa bil khusus, sebagian mahasiswi STAIN Kudus-pun tampaknya juga telah ter-intimidasi sosial oleh jilboobs. Menggunakan celana ketat, atasan ketat, kerudung yang hanya menutup separo rambut menjadi pandangan umum dan biasa dilakukan.
MasyaAllah….Jika memang kebebasan ekspresi mahasiswa hanya ditunjukkan dengan hal seperti itu maka sia-sialah perbuatan menutup aurat mereka karena tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Batasan aurat dalam Islam sangatlah jelas, aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan saja. Namun, banyak dari busana muslimah saat ini, justru dengan sengaja sedikit ataupun banyak menampakkan celah-celah dari aurat mereka. Dari Abu Dawud, dari Aisyah berkata, bahwa Asma suatu kali mendatangi Rasulullah dengan mengenakan pakaian tipis lalu Rasulullah berkata kepadanya,”Wahai Asma’, wanita yang telah haid (maksudnya telah baligh), tidak boleh terlihat darinya kecuali ini, beliau mengisyaratkan ke mukanya dan telapak tangannya.” (HR.Abu Dawud no.4104).
Sungguh jika hal tersebut dibiarkan maka kerusakan moral dan sosial akan terjadi dimana-mana. Ibarat orang sakit, jika tidak di obati akan menyebabkan tidak berfungsinya organ dan berakhir dengan kematian. Manusia yang terlepas dari Rahmat dan Rohim-Nya Allah SWT, karena tidak menjalankan perintah-Nya dengan benar adalah orang sakit. Dan sebagai seorang pendidik dan sesama muslim harus bisa mengobati dan mengingatkan dengan cara-cara bijak dan khoir sehingga maklumatnya bisa diterima sebagai pembenar atas hukum-hukum Allah SWT.
Himbauan bagi mahasiswi STAIN Kudus, bahwa mengenakan jilbab syari’i, mengenakan pakaian yang sopan dan bertingkah laku santun bukanlah sebagai hambatan dalam bergaul dan berekspresi. Justru kita harus menunjukkan jati diri sebagai muslimah sejati, berkarakter dan memiliki kualitas berfikir tingkat tinggi. Pakaian yang kita gunakan tidak hanya untuk membungkus aurat tetapi harus menjadi pakaian yang memiliki totalitas keistimewaan yang berpengaruh pada cara penampilan dan fungsi suatu produk dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, sebagaimana Firman Allah SWT, “Hai Anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (Al A’raaf: 31).
Share this Post: