Prodi

Mengukuhkan Perempuan Sebagai Makhluk Spiritual Melalui Ramadhan

Oleh Dr. Hj. Nur Mahmudah, MA.

Ramadhan memberikan kesempatan kepada kaum muslimin untuk menaikkan level  kesadaran atas banyak hal. Sebagai ibadah yang menekankan kekuatan fisik dan psikis dan bersifat tahunan,  Ramadhan memberikan pencerahan tentang munculnya kesadaran baru melalui laku puasa. Jika dulu laku puasa dipraktekkan dalam laku nyepi orang-orang terdahulu, sebagai upaya untuk menundukkan hawa nafsu, membuang ego, mengedepankan kesadaran tentang yang lain. Kesadaran baru yang perlu muncul dari ramadhan adalah kesadaran menghormati perempuan sebagai makhluk spiritual. Bagaimana kesadaran tersebut  mampu ditumbuhkan mellalui moment bulan ramadhan? Kita perlu melihat sosok Sayyidah Khadijah. Perempuan hartawan, Pemilik idealisme yang mempertaruhkan kehidupannya  yang sebenarnya sangat mapan dengan status sosial dan kekayaannya, memilih memasuki area baru penuh tantangan, menjadi istri Nabi Muhammad saw. 

            Sayyid Muhammad yang menulis al-Busyra untuk menceritakan biografi Khadijah, melukiskan betapa kehidupan baru Khadijah tidaklah mudah. Menaruh pengharapan bagi kekuatan fiarasat dan pertimbangannya yang menyakini Nabi Muhammad adalah manusia pilihan Tuhan, Khadijah mendukung semua langkah Nabi mempertinggi spiritualitasnya. Memulai tahannuts/uzlah di Gua Hira’, Khadijah mengambil alih semua tanggung jawab Nabi dan memberikan support material-spiritual atas dahaga taqarub kepada Allah setiap tahun hingga berkali-kali mendatangi gua Hira’. Penantian Nabi Muhammad terjawab dengan hadirnya malaikat Jibril membawa wahyu pertama di bulan Ramadhan. Didatangi malaikat menyentakkan kesadaran baru Muhammad yang menjadikannya segera pulang untuk menceritakan namus /wahyu yang diterimanya. Spiritualitas Khadijah tergambar dalam keyakinan dan imannya yang kuat bahwa Nabi telah terplih yang direkam dalam riwayat al-Bukhari bab permulaan wahyu turun.

"O putera pamanku. Bergembiralah, dan tabahkan hatimu. Demi Dia Yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi Nabi atas umat ini. Samasekali Allah takkan mencemoohkan kau; sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata, kau yang mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu dan menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."

Siapakah perempuan lain yang memiliki spiritualitas sekuat seperti khadijah? Iman yang membuncah dan keyakinan kuat bahwa yang dialami sang suami adalah kejadian luar biasa. Keyakinan itulah yang mendorongnya untuk membawa Nabi Muhammad bertemu sepupunya, Waraqah ibn Naufal. Dapat dipastikan, bahwa Waraqah pun mengiyakan kekuatan firasat, kelembutan simpulan dan kemantapan imannya akan datangnya Utusan Allah. Adakah setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, persoalan menjadi mudah? Sejarah  membuat kita mendaras kehidupan beliau dan mencatat dengan tinta emas pernyataan Nabi Muhammad tentang kekuatan spiritualitas Ibunda Khadijah. “Dia adalah orang yang pertama beriman padaku saat yang lain tidak percaya, dia adalah orang pertama yang mendukungku dengan seluruh hartanya di saat yang lain menahannya, dia adalah orang yang menjadikan keturunanku lahir dari rahimnya. Jadi bagaimana tempatnya tergantikan? Nabi pun memberikan derajar spiritualitas yang tinggi atas Khadijah, dengan menyebutnya sebagai satu diantara empat perempuan teladan (bagi laki-laki dan perempuan)  di dunia bersama Fatimah, Asiyah, dan sayyidah Maryam. Jadi, bagaimana ada  yang meremehkan spriritual perempuan dan menempatkannya sebagai mahluk ragawi, dilihat dari aspek fisik dan seksualitasnya tanpa memberikan penghargaan atas jasa dan perjuagannya dalam membentuk peradaban dunia. 

Share this Post: